Menunaikan ibadah Umroh dan Haji tentu impian semua umat muslim di muka bumi ini, tak terkecuali bagi para muslimah. Namun ada hal yang patut dicermati oleh seorang muslimah sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menunaikan ibadah Umroh atau Haji. Hal tersebut adalah kehadiran mahram dalam mendampingi nya untuk pergi Umroh atau Haji.


Banyak muslimah yang sering lupa atau bahkan sedikit asing dengan syariat satu ini. Bahwa dalam Islam wanita tidak diperkenankan berpergian jauh tanpa didampingi oleh mahramnya. Dalil yang menyatakan akan syariat ini adalah


Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’ahu, Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:


لا تُسَافِرِ المَرْأَةُ إلَّا مع ذِي مَحْرَمٍ، ولَا يَدْخُلُ عَلَيْهَا رَجُلٌ إلَّا ومعهَا مَحْرَمٌ، فَقالَ رَجُلٌ: يا رَسولَ اللَّهِ إنِّي أُرِيدُ أنْ أخْرُجَ في جَيْشِ كَذَا وكَذَا، وامْرَأَتي تُرِيدُ الحَجَّ، فَقالَ: اخْرُجْ معهَا


“Seorang wanita tidak boleh melakukan safar kecuali bersama mahramnya. Dan lelaki tidak boleh masuk ke rumahnya kecuali ada mahramnya”. Maka seorang sahabat berkata: “wahai Rasulullah, aku berniat untuk berangkat (jihad) perang ini dan itu, sedangkan istriku ingin berhaji”. Nabi bersabda: “temanilah istrimu berhaji” (HR. Bukhari no. 1862, Muslim no. 1341).


Adapun untuk mahram yang dimaksudkan dalam syariat tersebut untuk menemani seorang muslimah dalam bersafar adalah seorang Ikhwan yang memiliki hubungan darah atau perkawinan dengan muslimah tersebut dan wajib yang sudah baligh dan qudrah (mampu). Hal ini diperjelas dengan dalil berikut


Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:


لَا يَحِلُّ لاِمْرَأَةٍ تُؤْمِنُ باللَّهِ وَالْيَومِ الآخِرِ، أَنْ تُسَافِرَ سَفَرًا يَكونُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَصَاعِدًا، إلَّا وَمعهَا أَبُوهَا، أَوِ ابنُهَا، أَوْ زَوْجُهَا، أَوْ أَخُوهَا، أَوْ ذُو مَحْرَمٍ منها


“Seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidak boleh melakukan safar selama 3 hari atau lebih, kecuali bersama ayahnya, atau anaknya, atau suaminya, atau saudara kandungnya, atau mahramnya” (HR. Muslim no. 1340).


Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan:


أدنى سن يكون به الرجل محرماً للمرأة هو البلوغ ، وهو إكمال خمسة عشر سنة ، أو إنزال المني بشهوة ، أو إنبات الشعر الخشن حول الفرج ويسمى العانة . ومتى وجدت واحدة من هذه العلامات الثلاث صار الذكر بها مكلفاً ، وجاز له أن يكون محرماً للمرأة ، وهكذا وجود واحدة من الثلاث تكون بها المرأة مكلفة وتزيد المرأة علامة رابعة وهي الحيض ، والله ولي التوفيق


“Usia minimal seorang lelaki agar bisa dianggap sebagai mahram bagi seorang wanita adalah usia baligh. Yaitu usia 15 tahun atau ketika sudah keluar air mani karena syahwat. Atau dengan tumbuhnya bulu kemaluan yang dinamakan dengan al aanah. Jika terdapat salah satu dari tiga tanda tersebut maka ia menjadi lelaki yang mukallaf dan boleh menjadi mahram bagi si wanita. Demikian juga pada wanita, jika ditemukan salah satu dari tiga tanda tersebut, maka ia menjadi wanita yang mukallaf. Namum bagi wanita ada tambahan satu tanda yaitu haid. Wallahu waliyyut taufiq” (Sumber: http://www.binbaz.org.sa/fatawa/672).


Kendati demikian masih ada banyak diantara muslimah yang tetap tidak mengindahkan syariat islam berikut dan memilih untuk nekat menunaikan ibadah umroh atau haji seorang diri. Jika seorang wanita nekat menunaikan ibadah Umroh atau Haji tanpa Mahram maka Umroh atau haji nya sah namun ia telah berdosa karna melanggar salah satu dari Syariat Agama. Perlu diketahui bahwasanya wanita yang tidak punya mahram atau mahramnya belum mampu maka wanita tersebut berarti belum mampu dan tidak wajib untuk haji atau umroh. Allah akan memberi pahala atas niatnya meski dia meninggal dalam keadaan belum berhaji.


Barakallahu fiikum.



Referensi: https://konsultasisyariah.com/872-bolehkah-berhaji-tanpa-mahram.html

© 2022 muslimah.or.id


Sumber:https://muslimah.or.id/11123-safar-bagi-wanita-bag-1-larangan-safar-tanpa-mahram.html